Energi tidak akan lepas dari aktifitas kita, salah satu energi adalah Bahan bakar atau  (fuel), untuk beberapa tahun kedepan energi ini akan sangat dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari. Faktanya sebagian orang lebih memilih untuk membeli kendaran roda dua untuk bepergian, daripada naik kendaraan umum, karena bisa dikatakan lebih murah, dengan 1 liter bensin = Rp 4500 kita bisa bepergian beberapa kilometer, bandingkan dengan naik kendaraan umum dengan harga segitu kita hanya bisa sampai satu rute kendaraan umum, itupun tergantung jauh dekatnya, malahan bisa lebih mahal, apalagi maraknya kredit untuk pembelian kendaraan roda dua yang menjamur dan memudahkan konsumen, maka kebutuhan akan energi ini akan meningkat.

Telah kita ketahui untuk saat ini sebagian besar kebutuhan energi ini berasal dari dalam bumi yang tercipta berjuta-juta tahun yang lalu, dari proses pembuatan yang lama ini ada kemungkinan suatu saat akan habis, saat ini pun karena kebutuhan dunia akan energi ini harga minyak mentah dunia sangat mahal, imbasnya harga untuk energi ini akan mahal pula.
Untuk itu suatu saat kita harus mempunyai alternatif untuk menggantikan sumber energi ini dengan kerja keras kita akan menemukannya, dalam artikel “Kerja Keras adalah Energi Kita Part 1” ini akan kita bahas singkong sebagai pengganti salah satu energi tersebut.

Harian Kompas, Kamis, 14 Agustus 2008 | 00:28 WIB
Berdasarkan penelitian ITS, 1 liter bioetanol memiliki kemampuan setara 3 liter minyak tanah.
Untuk membuat 1 liter bioetanol butuh 6,5 kilogram singkong gendruwo(Mendioca sao pedro petro), harganya Rp 600 per kilogram. Pembuatan bioetanol dari singkong butuh waktu 10 hari.
Hasilnya, akan keluar bioetanol berkadar 7 hingga 11 persen. Untuk dibuat menjadi 95 persen harus melalui proses destilasi.
Kelebihan bioetanol dibanding minyak tanah adalah api berwarna biru sehingga tidak menghanguskan alat masak. Bahan bakar dari bioetanol juga tidak berbau dan mudah dipadamkan dengan air.
Selain dari singkong, bioetanol juga bisa dibuat dari kulit pisang, jantung dan kulit nanas, bonggol jagung, dan tetes tebu. (APO). berita selengkapnya

Mungkin anda bertanya-tanya dari awal dijelasin energi buat kendaraan, tapi ko yang ditulis jadi ke minyak tanah nergi buat kompor.....he....he.....,sabar kita rinci dari yang simpel dulu ok.

Nah dibawah akan saya sampaikan bagaimana membuat bioetanol saya ambil dari www.indobiofuel.com_bioethanol

Produksi Bioetanol
Oleh Achmad N Hidayat - Nawapanca Engineering http://www.migas-indonesia.com

TEKNOLOGI
Teknologi produksi bioethanol berikut ini diasumsikan menggunakan jagung sebagai bahan baku, tetapi tidak menutup kemungkinan digunakannya biomassa yang lain, terutama molase.
Secara umum, produksi bioethanol ini mencakup 3 (tiga) rangkaian proses, yaitu: Persiapan Bahan baku, Fermentasi, dan Pemurnian.

Persiapan Bahan Baku
Bahan baku untuk produksi biethanol bisa didapatkan dari berbagai tanaman, baik yang secara langsung menghasilkan gula sederhana semisal Tebu (sugarcane), gandum manis (sweet sorghum) atau yang menghasilkan tepung seperti jagung (corn), singkong (cassava) dan gandum (grain sorghum) disamping bahan lainnya.

Persiapan bahan baku beragam bergantung pada bahan bakunya, tetapi secara umum terbagi menjadi beberapa proses, yaitu:
- Tebu dan Gandum manis harus digiling untuk mengektrak gula
- Tepung dan material selulosa harus dihancurkan untuk memecahkan susunan tepungnya agar bisa berinteraksi dengan air secara baik
- Pemasakan, Tepung dikonversi menjadi gula melalui proses pemecahan menjadi gula kompleks (liquefaction) dan sakarifikasi (Saccharification) dengan penambahan air, enzyme serta panas (enzim hidrolisis). Pemilihan jenis enzim sangat bergantung terhadap supplier untuk menentukan pengontrolan proses pemasakan.

Tahap Liquefaction memerlukan penanganan sebagai berikut:
- Pencampuran dengan air secara merata hingga menjadi bubur
- Pengaturan pH agar sesuai dengan kondisi kerja enzim
- Penambahan enzim (alpha-amilase) dengan perbandingan yang tepat
- Pemanasan bubur hingga kisaran 80 sd 90 C, dimana tepung-tepung yang bebas akan mengalami gelatinasi (mengental seperti Jelly) seiring dengan kenaikan suhu, sampai suhu optimum enzim bekerja memecahkan struktur tepung secara kimiawi menjadi gula komplek (dextrin). Proses Liquefaction selesai ditandai dengan parameter dimana bubur yang diproses menjadi lebih cair seperti sup.

Tahap sakarifikasi (pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana) melibatkan proses sebagai berikut:
- Pendinginan bubur sampai suhu optimum enzim sakarifikasi bekerja
- Pengaturan pH optimum enzim
- Penambahan enzim (glukoamilase) secara tepat
- Mempertahankan pH dan temperature pada rentang 50 sd 60 C sampai proses sakarifikasi selesai (dilakukan dengan pengetesan gula sederhana yang dihasilkan)

Fermentasi
Pada tahap ini, tepung telah sampai pada titik telah berubah menjadi gula sederhana (glukosa dan sebagian fruktosa) dimana proses selanjutnya melibatkan penambahan enzim yang diletakkan pada ragi (yeast) agar dapat bekerja pada suhu optimum. Proses fermentasi ini akan menghasilkan etanol dan CO2.
Bubur kemudian dialirkan kedalam tangki fermentasi dan didinginkan pada suhu optimum kisaran 27 sd 32 C, dan membutuhkan ketelitian agar tidak terkontaminasi oleh mikroba lainnya. Karena itu keseluruhan rangkaian proses dari liquefaction, sakarifikasi dan fermentasi haruslah dilakukan pada kondisi bebas kontaminan.
Selanjutnya ragi akan menghasilkan ethanol sampai kandungan etanol dalam tangki mencapai 8 sd 12 % (biasa disebut dengan cairan beer), dan selanjutnya ragi tersebut akan menjadi tidak aktif, karena kelebihan etanol akan berakibat racun bagi ragi.
Dan tahap selanjutnya yang dilakukan adalah destilasi, namun sebelum destilasi perlu dilakukan pemisahan padatan-cairan, untuk menghindari terjadinya clogging selama proses distilasi.

Distilasi
Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian besar adalah air dan etanol).
Titik didih etanol murni adalah 78 C sedangkan air adalah 100 C (Kondisi standar). Dengan memanaskan larutan pada suhu rentang 78 - 100 C akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95 % volume.
Prosentase Penggunaan Energy
Prosentase perkiraan penggunaan energi panas/steam dan listrik diuraikan dalam tabel berikut ini:

Prosentase Penggunaan Energi
Identifikasi
Proses Steam
Listrik
Penerimaan bahan baku, penyimpanan, dan penggilingan
0 %
6.1 %
Pemasakan (liquefaction) dan Sakarifikasi
30.5 %
2.6 %
Produksi Enzim Amilase
0.7 %
20.4 %
Fermentasi
0.2 %
4 %
Distilasi
58.5 %
1.6 %
Etanol Dehidrasi (jika ada)
6.4 %
27.1 %
Penyimpanan Produk
0 %
0.7 %
Utilitas
2.7 %
27 %
Bangunan
1 %
0.5 %
TOTAL
100 %
100 %
Sumber:
A Guide to Commercial-Scale Ethanol Production and Financing, Solar Energy Research Institute (SERI), 1617 Cole Boulevard, Golden, CO 80401
PERALATAN PROSES
Adapun rangkaian peralatan proses adalah sebagai berikut:
  • Peralatan penggilingan
  • Pemasak, termasuk support, pengaduk dan motor, steam line dan insulasi
  • External Heat Exchanger
  • Pemisah padatan - cairan (Solid Liquid Separators)
  • Tangki Penampung Bubur
  • Unit Fermentasi (Fermentor) dengan pengaduk serta motor
  • Unit Distilasi, termasuk pompa, heat exchanger dan alat kontrol
  • Boiler, termasuk system feed water dan softener
  • Tangki Penyimpan sisa, termasuk fitting
  • Tangki penyimpan air hangat, termasuk pompa dan pneumatik
  • Pompa Utilitas, Kompresor dan kontrol
  • Perpipaan dan Electrikal
  • Peralatan Laboratorium
  • Lain-lain, termasuk alat-alat maintenance
Ok dari artikel tersebut kita dapat memperhitungkan keuntungan bioetanol bukan?, biar anda saja yang memperhitungkan, ingat “Kerja Keras Adalah Energi Kita”, tunggu artikel selanjutnya.
Kritik dan saran saya sangat mengharapkannya, terima kasih.

Artikel yang Berhubungan



Posted by umy 16 December 2009

0 comments

Post a Comment

Subscribe here