"Penangkaran plankton pada areal satu meter persegi dapat memproduksi bensin 14 liter per sepuluh hari, dengan ongkos produksi hanya Rp 380. Kalau ini dikembangkan kita dapat menikmati BBM harga murah,"

Artikel tersebut merupakan potongan artikel yang  saya ambil dari   
http://www.tribunjabar.co.id/artikel_view.php?id=9956&kategori=13

Dalam artikel tersebut dijelaskan ada seorang anak bangsa dengan Kerja keras mampu menghasilkan biodesel dengan bahan dasar plankton atau mikroalga, siapakah beliau mari kita simak.

CICIT Sultan Hamengkubuwono VII, Adji Koesoemo tidak menamatkan kuliahnya dari Fakultas Filsafat UGM, Yogyakarta. Dia hanya setahun menempuh pendidikan di bangku universitas ternama itu pada 1986. Dia kemudian banyak mengisi waktunya dengan unjuk rasa, hal yang masih ditabukan Orde Baru saat itu.

"Saya pernah merasakan kerangkeng Order baru," ujar Adji ditemui Persda Network pada acara penyerahan bibit padi Merah Putih hasil budi daya lembaga Indonesia Bangkit Yogyakarta yang dipimpinnya, di Salatiga, Jawa Tengah.

"Bensin berbahan planton ini sudah terbukti. Waktu kami demonstrasi di depan seorang tentara Cina, BBN menyala dan bagusnya tidak panas. Kalau tidak terbukti, mana mau saya mau ngomong di depan umum," ujar Damarjati yang mengaku kenal dekat dengan banyak peneliti termasu penemu blue energy asal Nganjuk Joko Suprapto.

Lebih jauh, Adji menerangkan asal-asul inspirasi penemuan BBN dari plankton. "Pikiran saya saederhana saja. Premium yang sekarang kita pakai kan hasil plankton yang mati jutaan tahun kemudian jadi fosil. Lalu saya berpikir, mengapa tidak dipotong prosesnya, langsung menggunakan bahan baku biota laut, plankton yang sangat banyak kita temui," ujarnya.

Menurut ayah tiga anak ini, jika produksi BBN dapat dilakukan secara massal, maka Indonesia tidak gunjang-ganjing oleh kenaikan harga BBM. "Kalau negara mendukung, saya bilang negara bukan pemerintah orang per orang, dan produksi dapat dilakukan dengan mengubah semua infrastruktur SPBU, dalam dua tahun Indonesia tidak akan kekurangan BBM," kata Adji yakin.

Produksi BBN, menurut dia dapat dilakukan massal, dengan kapasitas tak terbatas. Dengan menggunakan plankton, biota laut lainya akan terlindungi. Tidak ada proses perusakan terumbu karang, dan ikan-ikan serta potensi laut. Bahkan dia sedang menguji coba budidaya plaknton di darat. Perkembangbiakan plankton sendiri cangat cepat, seperti deret ukur atau perhitungan dengan perkalian.

"Penangkaran plankton pada areal satu meter persegi dapat memproduksi bensin 14 liter per sepuluh hari, dengan ongkos produksi hanya Rp 380. Kalau ini dikembangkan kita dapat menikmati BBM harga murah," ujarnya.

"Proses produksi sangat sederhana. Ke depan, dalam proyek besar, tanker minyak bisa sambil menyedot plankton, diolah kemudian langsung membawa minyak," tandasnya.

Temuan BBN sudah disampaikan kepada pemerintah, namun kurang mendapat repons. Kemudian, menurut Damarjati, saat ini sedang dikembangkan TNI AL. Bahkan Presiden Venezuela Hugo Chaves, mengatakan sangat tertarik mengembangkan energi alternatif ini.

Sesuai dengan tema Kerja Keras Adalah Energi Kita, mungkin penemuan ini sangat bermanfaat, dan penting untuk kita tindak lanjuti.

Berikut saya mendapatkan artikel yang berhubungan dengan bioplankton ini, saya ambil dari http://www.egamesbox.com/viewthread.php?tid=3761

Mikroalga memiliki kandungan minyak yang komposisinya mirip seperti tanaman darat, bahkan untuk jenis tertentu mempunyai kandungan minyak cukup tinggi melebihi kandungan minyak tanaman darat, seperti kelapa, jarak dan sawit. Mikroalga seperti Botrycoccus braunii, Dunaliella salina, Chlorella vulgaris, Monalanthus sauna mempunyai kandungan minyak berkisar 40 - 85% (sementara untuk kelapa hanya mengandung minyak sekitar 40 - 55%, jarak mempunyai kandungan minyak 43 - 58% , dan untuk sawit berkisar 45 - 70%. (Borowitzka, 1998) dan (Pootet, 2006).

Semua jenis alga memiliki komposisi kimia sel yang terdiri dari protein, karbohidrat, lemak (fatty acids) dan nucleic acids. Persentase keempat komponen tersebut bervariasi tergantung jenis alga. Ada jenis alga yang memiliki komponen fatty acids lebih dari 40%. Dan komponen fatty acids inilah yang akan diekstraksi dan diubah menjadi biodiesel.

Secara teoretis, produksi biodiesel dari alga dapat menjadi solusi yang realistik untuk mengganti solar. Hal ini karena tidak ada feedstock lain yang cukup memiliki banyak minyak sehingga mampu digunakan untuk memproduksi minyak dalam volume yang besar.

Tumbuhan seperti kelapa sawit dan kacang-kacangan membutuhkan lahan yang sangat luas untuk dapat menghasilkan minyak supaya dapat mengganti kebutuhan solar dalam suatu negara. Hal ini tidak realistik dan akan mengalami kendala apabila diimplementasikan pada negara dengan luas wilayah yang kecil.

Berdasarkan perhitungan, pengolahan alga pada lahan seluas 10 juta acre (1 acre =0.4646 ha) mampu menghasilkan biodiesel yang akan dapat mengganti seluruh kebutuhan solar di Amerika Serikat (Oilgae.com, 26/12/2006). Luas lahan ini hanya 1% dari total lahan yang sekarang digunakan untuk lahan pertanian dan padang rumput (sekitar 1 milliar acre). Diperkirakan alga mampu menghasilkan minyak 200 kali lebih banyak dibandingkan dengan tumbuhan penghasil minyak (kelapa sawit, jarak pagar, dan lain-lain) pada kondisi terbaiknya.

Hasil riset National Renewable Energy Laboratory Colorado menunjukkan bahwa untuk luasan areal yang sama mikroalga dapat menghasilkan minyak 30 kali lebih banyak dibandingkan tanaman darat. Hasil penelitian Shifrin pada tahun 1984 diperoleh bahwa rata-rata produktivitas mikroalga dapat mencapai 15-25 gram/m2/hari. Nilai produktivitas ini masih 10% dibawah teori hitungan maksimumnya.

Berdasarkan hal tersebut, jika diasumsikan, rendemen minyak dalam mikroalga misalnya 30-50%  dan waktu efektif 300 hari, maka untuk satu hektar lahan budibudaya  dalam satu tahun akan dihasilkan minyak sebanyak 15,8-37,5 ton.

Hasil ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan tanaman darat misalnya jarak 1,5 ton/hektar tahun atau sawit 3,3 - 6,0 ton/hektar/tahun. Biodiesel dapat dihasilkan dari berbagai sumber bahan yang terbaharukan baik tumbuhan maupun hewan.

Solar dari minyak tumbuhan/hewan ini diperoleh melalui proses transestrifikasi, yaitu dengan cara memanaskan pada suhu tertentu campuran alkohol dan minyak nabati dengan bantuan katalis basa atau asam misalnya NaOH atau H2SO4.. Katalis basa proses reaksinya lebih cepat, namun katalis basa dapat menyebabkan terbentuknya sabun sehingga rendemen biodiesel menjadi berkurang.

Keuntungan biodiesel dibandingkan dengan solar konvensional antara lain adalah lebih ramah lingkungan, seperti bersifat biodegradable, dan nilai emisinya rendah. (Wahyuni, Mita, Dr.MS). Ditulis oleh Djoko Rahardjo, Staf Pengajar  Fakultas Biologi, Universitas Kristen Duta Wacana.

Tak akan henti-hentinya menyebutkan bahwa Kerja Keras Adalah Energi Kita, apalagi yang kurang??????



Posted by umy 16 December 2009 1 comments

Energi tidak akan lepas dari aktifitas kita, salah satu energi adalah Bahan bakar atau  (fuel), untuk beberapa tahun kedepan energi ini akan sangat dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari. Faktanya sebagian orang lebih memilih untuk membeli kendaran roda dua untuk bepergian, daripada naik kendaraan umum, karena bisa dikatakan lebih murah, dengan 1 liter bensin = Rp 4500 kita bisa bepergian beberapa kilometer, bandingkan dengan naik kendaraan umum dengan harga segitu kita hanya bisa sampai satu rute kendaraan umum, itupun tergantung jauh dekatnya, malahan bisa lebih mahal, apalagi maraknya kredit untuk pembelian kendaraan roda dua yang menjamur dan memudahkan konsumen, maka kebutuhan akan energi ini akan meningkat.

Telah kita ketahui untuk saat ini sebagian besar kebutuhan energi ini berasal dari dalam bumi yang tercipta berjuta-juta tahun yang lalu, dari proses pembuatan yang lama ini ada kemungkinan suatu saat akan habis, saat ini pun karena kebutuhan dunia akan energi ini harga minyak mentah dunia sangat mahal, imbasnya harga untuk energi ini akan mahal pula.
Untuk itu suatu saat kita harus mempunyai alternatif untuk menggantikan sumber energi ini dengan kerja keras kita akan menemukannya, dalam artikel “Kerja Keras adalah Energi Kita Part 1” ini akan kita bahas singkong sebagai pengganti salah satu energi tersebut.

Harian Kompas, Kamis, 14 Agustus 2008 | 00:28 WIB
Berdasarkan penelitian ITS, 1 liter bioetanol memiliki kemampuan setara 3 liter minyak tanah.
Untuk membuat 1 liter bioetanol butuh 6,5 kilogram singkong gendruwo(Mendioca sao pedro petro), harganya Rp 600 per kilogram. Pembuatan bioetanol dari singkong butuh waktu 10 hari.
Hasilnya, akan keluar bioetanol berkadar 7 hingga 11 persen. Untuk dibuat menjadi 95 persen harus melalui proses destilasi.
Kelebihan bioetanol dibanding minyak tanah adalah api berwarna biru sehingga tidak menghanguskan alat masak. Bahan bakar dari bioetanol juga tidak berbau dan mudah dipadamkan dengan air.
Selain dari singkong, bioetanol juga bisa dibuat dari kulit pisang, jantung dan kulit nanas, bonggol jagung, dan tetes tebu. (APO). berita selengkapnya

Mungkin anda bertanya-tanya dari awal dijelasin energi buat kendaraan, tapi ko yang ditulis jadi ke minyak tanah nergi buat kompor.....he....he.....,sabar kita rinci dari yang simpel dulu ok.

Nah dibawah akan saya sampaikan bagaimana membuat bioetanol saya ambil dari www.indobiofuel.com_bioethanol

Produksi Bioetanol
Oleh Achmad N Hidayat - Nawapanca Engineering http://www.migas-indonesia.com

TEKNOLOGI
Teknologi produksi bioethanol berikut ini diasumsikan menggunakan jagung sebagai bahan baku, tetapi tidak menutup kemungkinan digunakannya biomassa yang lain, terutama molase.
Secara umum, produksi bioethanol ini mencakup 3 (tiga) rangkaian proses, yaitu: Persiapan Bahan baku, Fermentasi, dan Pemurnian.

Persiapan Bahan Baku
Bahan baku untuk produksi biethanol bisa didapatkan dari berbagai tanaman, baik yang secara langsung menghasilkan gula sederhana semisal Tebu (sugarcane), gandum manis (sweet sorghum) atau yang menghasilkan tepung seperti jagung (corn), singkong (cassava) dan gandum (grain sorghum) disamping bahan lainnya.

Persiapan bahan baku beragam bergantung pada bahan bakunya, tetapi secara umum terbagi menjadi beberapa proses, yaitu:
- Tebu dan Gandum manis harus digiling untuk mengektrak gula
- Tepung dan material selulosa harus dihancurkan untuk memecahkan susunan tepungnya agar bisa berinteraksi dengan air secara baik
- Pemasakan, Tepung dikonversi menjadi gula melalui proses pemecahan menjadi gula kompleks (liquefaction) dan sakarifikasi (Saccharification) dengan penambahan air, enzyme serta panas (enzim hidrolisis). Pemilihan jenis enzim sangat bergantung terhadap supplier untuk menentukan pengontrolan proses pemasakan.

Tahap Liquefaction memerlukan penanganan sebagai berikut:
- Pencampuran dengan air secara merata hingga menjadi bubur
- Pengaturan pH agar sesuai dengan kondisi kerja enzim
- Penambahan enzim (alpha-amilase) dengan perbandingan yang tepat
- Pemanasan bubur hingga kisaran 80 sd 90 C, dimana tepung-tepung yang bebas akan mengalami gelatinasi (mengental seperti Jelly) seiring dengan kenaikan suhu, sampai suhu optimum enzim bekerja memecahkan struktur tepung secara kimiawi menjadi gula komplek (dextrin). Proses Liquefaction selesai ditandai dengan parameter dimana bubur yang diproses menjadi lebih cair seperti sup.

Tahap sakarifikasi (pemecahan gula kompleks menjadi gula sederhana) melibatkan proses sebagai berikut:
- Pendinginan bubur sampai suhu optimum enzim sakarifikasi bekerja
- Pengaturan pH optimum enzim
- Penambahan enzim (glukoamilase) secara tepat
- Mempertahankan pH dan temperature pada rentang 50 sd 60 C sampai proses sakarifikasi selesai (dilakukan dengan pengetesan gula sederhana yang dihasilkan)

Fermentasi
Pada tahap ini, tepung telah sampai pada titik telah berubah menjadi gula sederhana (glukosa dan sebagian fruktosa) dimana proses selanjutnya melibatkan penambahan enzim yang diletakkan pada ragi (yeast) agar dapat bekerja pada suhu optimum. Proses fermentasi ini akan menghasilkan etanol dan CO2.
Bubur kemudian dialirkan kedalam tangki fermentasi dan didinginkan pada suhu optimum kisaran 27 sd 32 C, dan membutuhkan ketelitian agar tidak terkontaminasi oleh mikroba lainnya. Karena itu keseluruhan rangkaian proses dari liquefaction, sakarifikasi dan fermentasi haruslah dilakukan pada kondisi bebas kontaminan.
Selanjutnya ragi akan menghasilkan ethanol sampai kandungan etanol dalam tangki mencapai 8 sd 12 % (biasa disebut dengan cairan beer), dan selanjutnya ragi tersebut akan menjadi tidak aktif, karena kelebihan etanol akan berakibat racun bagi ragi.
Dan tahap selanjutnya yang dilakukan adalah destilasi, namun sebelum destilasi perlu dilakukan pemisahan padatan-cairan, untuk menghindari terjadinya clogging selama proses distilasi.

Distilasi
Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian besar adalah air dan etanol).
Titik didih etanol murni adalah 78 C sedangkan air adalah 100 C (Kondisi standar). Dengan memanaskan larutan pada suhu rentang 78 - 100 C akan mengakibatkan sebagian besar etanol menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95 % volume.
Prosentase Penggunaan Energy
Prosentase perkiraan penggunaan energi panas/steam dan listrik diuraikan dalam tabel berikut ini:

Prosentase Penggunaan Energi
Identifikasi
Proses Steam
Listrik
Penerimaan bahan baku, penyimpanan, dan penggilingan
0 %
6.1 %
Pemasakan (liquefaction) dan Sakarifikasi
30.5 %
2.6 %
Produksi Enzim Amilase
0.7 %
20.4 %
Fermentasi
0.2 %
4 %
Distilasi
58.5 %
1.6 %
Etanol Dehidrasi (jika ada)
6.4 %
27.1 %
Penyimpanan Produk
0 %
0.7 %
Utilitas
2.7 %
27 %
Bangunan
1 %
0.5 %
TOTAL
100 %
100 %
Sumber:
A Guide to Commercial-Scale Ethanol Production and Financing, Solar Energy Research Institute (SERI), 1617 Cole Boulevard, Golden, CO 80401
PERALATAN PROSES
Adapun rangkaian peralatan proses adalah sebagai berikut:
  • Peralatan penggilingan
  • Pemasak, termasuk support, pengaduk dan motor, steam line dan insulasi
  • External Heat Exchanger
  • Pemisah padatan - cairan (Solid Liquid Separators)
  • Tangki Penampung Bubur
  • Unit Fermentasi (Fermentor) dengan pengaduk serta motor
  • Unit Distilasi, termasuk pompa, heat exchanger dan alat kontrol
  • Boiler, termasuk system feed water dan softener
  • Tangki Penyimpan sisa, termasuk fitting
  • Tangki penyimpan air hangat, termasuk pompa dan pneumatik
  • Pompa Utilitas, Kompresor dan kontrol
  • Perpipaan dan Electrikal
  • Peralatan Laboratorium
  • Lain-lain, termasuk alat-alat maintenance
Ok dari artikel tersebut kita dapat memperhitungkan keuntungan bioetanol bukan?, biar anda saja yang memperhitungkan, ingat “Kerja Keras Adalah Energi Kita”, tunggu artikel selanjutnya.
Kritik dan saran saya sangat mengharapkannya, terima kasih.

Posted by umy 0 comments






kita awali dengan gambar diatas, ada apa dengan gambar tersebut?, itu adalah prose’ pembentukan kerak bumi yang terjadi berjuta-juta tahun yang lalu diawali dari gambar C-A, bila diamati batuan pada lapisan-lapisan tersebut, ternyata memiliki arah dipol magnet yang berbeda-beda.
Apa sih dipol magnet tuh, maafya kalo salah dipol magnet adalah kutub magnet, utara atau selatan, nah diperkirakan bumi kita ini sudah beberapa kali terjadi pergantian arah medan magnet, sehingga dalam lapisan-lapisan batuannya terdapat arah dipol yang berbeda.

 Fenomena Magnet reversal ini telah tercatat sejak 330 juta tahun yang lalu. Selama waktu tersebut lebih dari 400 reversal terjadi atau dengan kata lain reversal terjadi setiap 700.000 tahun. Dan reversal terakhir terjadi sekitar 780.000 tahun yang lalu. Pada saat itu, medan magnet bertransisi dari keadaan reversed menjadi keadaan normal. Keadaan normal adalah keadaan medan kutub magnetic sekarang ini.
Fenomena magnetic reversal ini dapat diamati dari beberapa fakta, diantaranya :
Adanya perbedaan polarisasi batuan di daerah spreading, Ketika batuan beku yang terbentuk di dalam atau permukaan bumi, mengalami pendinginan dan mengeras, maka pada batuan tersebut akan terdapat rekaman magnetik. Jika pendinginan batuan berlangsung cepat, maka akan diperoleh rekaman singkat dari medan magnet. Pendinginan batuan yang lambat, seperti terjadi pada batuan yang terbentuk di dalam bumi, maka akan diperoleh rekaman dalam waktu yang lebih lama. Batuan jenis tertentu tidak hanya memberikan informasi mengenai medan magnet saat dia terbentuk,tetapi juga kita bisa menentukan perubahan arah dan intensitas medan ketika terjadi reversal magnetik.

Apa dampaknya terhadap bumi, mari kita simak
para ahli arkeolog di Mesir, mereka menemukan sebuah kalender kuno yang dibuat dari 3036 SM hingga 21 Desember 2012. kalender ini dipercaya dibuat oleh suku Maya yang konon terkenal akan ke-misteriusannya (terkesan tertutup) dan telah punah hingga sekarang. Di dalam kalender tersebut, dijelaskan bahwa suku Maya berhenti melakukan proses pembuatan kalender ini pada saat memprediksi keadaan dunia tanggal 21 Desember 2012 dan di bawah tanggal itu, tercantum tulisan “End of Time” namun, banyak orang yang menafsirkannya sebagai “akhir waktu” dengan kata lain berakhirnya perputaran kehidupan manusia (Kiamat!!!)

 Oh ya, hampir lupa, ada loh trailer film bioskop dengan judul "2012" yang akan di-realese pada tanggal 13 November 2009 (US) tapi kurang tau pada tanggal berapa, film ini mulai dipublikasikan di indonesia. Film ini menceritakan tentang bagaimana gambaran hari kiamat yang akan terjadi. Mulai dari ramalan suku Maya yang misterius hingga kebenaran tentang adanya hari kiamat itu.

Nah mari kita teruskan dengan fenomena lain selain perkiraan suku maya tersebut
Bagian luar Tata Surya masih memiliki banyak planet-planet minor yang belum ditemukan. Sejak pencarian Planet X dimulai pada awal abad ke 20, kemungkinan akan adanya planet hipotetis yang mengorbit Matahari di balik Sabuk Kuiper telah membakar teori-teori Kiamat dan spekulasi bahwa Planet X sebenarnya merupakan saudara Matahari kita yang telah lama “hilang”. Tetapi, mengapa kita harus cemas duluan akan Planet X/Teori Kiamat ini? Planet X kan tidak lain hanya merupakan obyek hipotetis yang tidak diketahui?
Teori-teori ini didorong pula dengan adanya ramalan suku Maya akan kiamat dunia pada tahun 2012 (Mayan Prophecy) dan cerita mistis Bangsa Sumeria tentang Planet Nibiru, dan akhirnya kini memanas sebagai “ramalan kiamat” 21 Desember 2012. Namun, bukti-bukti astronomis yang digunakan untuk teori-teori ini benar-benar melenceng.
Pada 18 Juni kemarin, peneliti-peneliti Jepang mengumumkan berita bahwa pencarian teoretis mereka untuk sebuah massa besar di luar Tata Surya kita telah membuahkan hasil. Dari perhitungan mereka, mungkin saja terdapat sebuah planet yang sedikit lebih besar daripada sebuah objek Plutoid atau planet kerdil, tetapi tentu lebih kecil dari Bumi, yang mengorbit Matahari dengan jarak lebih dari 100 SA. Tetapi, sebelum kita terhanyut pada penemuan ini, planet ini bukan Nibiru, dan bukan pula bukti akan berakhirnya dunia ini pada 2012. Penemuan ini adalah penemuan baru dan merupakan perkembangan yang sangat menarik dalam pencarian planet-planet minor di balik Sabuk Kuiper.
Dalam simulasi teoretis, dua orang peneliti Jepang telah menyimpulkan bahwa bagian paling luar dari Tata Surya kita mungkin mengandung planet yang belum ditemukan. Patryk Lykawa dan Tadashi Mukai dari Universitas Kobe telah mempublikasikan paper mereka dalam Astrophysical Journal. Paper mereka menjelaskan tentang planet minor yang mereka yakini berinteraksi dengan Sabuk Kuiper yang misterius itu.



 Kuiper Belt Objects (KBOs)
Sedna, salah satu objek di Sabuk Kuipert. Kredit : NASA
Sabuk Kuiper menempati wilayah yang sangat luas di Tata Surya kita, kira-kira 30-50 SA dari Matahari, dan mengandung sejumlah besar objek-objek batuan dan metalik. Objek terbesar yang diketahui adalah planet kerdil (Plutoid) Eris. Telah lama diketahui, Sabuk Kuiper memiliki karakteristik yang aneh, yang mungkin menandakan keberadaan sebuah benda (planet) besar yang mengorbit Matahari dibalik Sabuk Kuiper. Salah satu karakterikstik tersebut adalah yang disebut dengan “Kuiper Cliff” atau Jurang Kuiper yang terdapat pada jarak 50 SA. Ini merupakan akhir dari Sabuk Kuiper yang tiba-tiba, dan sangat sedikit objek Sabuk Kuiper yang telah dapat diamati di balik titik ini. Jurang ini tidak dapat dihubungkan terhadap resonansi orbital dengan planet-planet masif seperti Neptunus, dan tampaknya tidak terjadi kesalahan (error) pengamatan. Banyak ahli astronomi percaya bahwa akhir yang tiba-tiba dalam populasi Sabuk Kuiper tersebut dapat disebabkan oleh planet yang belum ditemukan, yang mungkin sebesar Bumi. Objek inilah yang diyakini Lykawka dan Mukai, dan telah mereka perhitungkan keberadaannya.
Para peneliti Jepang ini memprediksikan sebuah objek besar, yang massanya 30-70 % massa Bumi, mengorbit Matahari pada jarak 100-200 SA. Objek ini mungkin juga dapat membantu menjelaskan mengapa sebagian objek Sabuk Kuiper dan objek Trans-Neptunian (TNO) memiliki beberapa karakteristik orbital yang aneh, contohnya Sedna.

Objek-objek trans Neptunian. Kredit : NASA
Sejak ditemukannya Pluto pada tahun 1930, para astronom telah mencari objek lain yang lebih masif, yang dapat menjelaskan gangguan orbital yang diamati pada orbit Neptunus dan Uranus. Pencarian ini dikenal sebagai “Pencarian Planet X”, yang diartikan secara harfiah sebagai “pencarian planet yang belum teridentifikasi”. Pada tahun 1980an gangguan orbital ini dianggap sebagai kesalahan (error) pengamatan. Oleh karena itu, pencarian ilmiah akan Planet X dewasa ini adalah pencarian untuk objek Sabuk Kuiper yang besar, atau pencarian planet minor. Meskipun Planet X mungkin tidak akan sebesar massa Bumi, para peneliti masih akan tetap tertarik untuk mencari objek-objek Kuiper lain, yang mungkin seukuran Plutoid, mungkin juga sedikit lebih besar, tetapi tidak terlalu besar.
“The interesting thing for me is the suggestion of the kinds of very interesting objects that may yet await discovery in the outer solar system. We are still scratching the edges of that region of the solar system, and I expect many surprises await us with the future deeper surveys.” - Mark Sykes, Direktur Planetary Science Institute (PSI) di Arizona.

Planet X Tidaklah Menakutkan
Jadi, dari mana Nibiru ini berasal? Pada tahun 1976, sebuah buku kontroversial berjudul The Twelfth Planet atau Planet Kedua belas ditulis oleh Zecharian Sitchin. Sitchin telah menerjemahkan tulisan-tulisan kuno Sumeria yang berbentuk baji (bentuk tulisan yang diketahui paling kuno). Tulisan berumur 6.000 tahun ini mengungkapkan bahwa ras alien yang dikenal sebagai Anunnaki dari planet yang disebut Nibiru, mendarat di Bumi. Ringkas cerita, Anunnaki memodifikasi gen primata di Bumi untuk menciptakan homo sapiens sebagai budak mereka.

Ketika Anunnaki meninggalkan Bumi, mereka membiarkan kita memerintah Bumi ini hingga saatnya mereka kembali nanti. Semua ini mungkin tampak sedikit fantastis, dan mungkin juga sedikit terlalu detail jika mengingat semua ini merupakan terjemahan harfiah dari suatu tulisan kuno berusia 6.000 tahun. Pekerjaan Sitchin ini telah diabaikan oleh komunitas ilmiah sebagaimana metode interpretasinya dianggap imajinatif. Meskipun demikian, banyak juga yang mendengar Sitchin, dan meyakini bahwa Nibiru (dengan orbitnya yang sangat eksentrik dalam mengelilingi Matahari) akan kembali, mungkin pada tahun 2012 untuk menyebabkan semua kehancuran dan terror-teror di Bumi ini. Dari “penemuan” astronomis yang meragukan inilah hipotesis Kiamat 2012 Planet X didasarkan. Lalu, bagaimanakah Planet X dianggap sebagai perwujudan dari Nibiru?

Kemudian terdapat juga “penemuan katai coklat di luar Tata Surya kita” dari IRAS pada tahun 1984 dan “pengumuman NASA akan planet bermassa 4-8 massa Bumi yang sedang menuju Bumi” pada tahun 1933. Para pendukung hipotesis kiamat ini bergantung pada penemuan astronomis tersebut, sebagai bukti bahwa Nibiru sebenarnya adalah Planet X yang telah lama dicari para astronom selama abad ini. Tidak hanya itu, dengan memanipulasi fakta-fakta tentang penelitian-penelitian ilmiah, mereka “membuktikan” bahwa Nibiru sedang menuju kita (Bumi), dan pada tahun 2012, benda masif ini akan memasuki bagian dalam Tata Surya kita, menyebabkan gangguan gravitasi.

Dalam pendefinisian yang paling murni, Planet X adalah planet yang belum diketahui, yang mungkin secara teoretis mengorbit Matahari jauh di balik Sabuk Kuiper. Jika penemuan beberapa hari lalu memang akhirnya mengarah pada pengamatan sebuah planet atau Plutoid, maka hal ini akan menjadi penemuan luar biasa yang membantu kita memahami evolusi dan karakteristik misterius bagian luar Tata Surya kita.
Sumber :
http://langitselatan.com/2008/06/24/planet-x-pada-kiamat-2012-bukan-planet-nibiru/
http://www.wadahkumpul.co.cc/2009/07/ramalan-kiamat-2012.html






Posted by umy 0 comments


Mari kita ulas kembali pada artikel “Kerja Keras Adalah Energi Kita” Part 1, pada artikel tersebut saya mengungkapkan bagaimana singkong dapat kita rubah setara dengan minyak tanah, yaitu etanol, dengan keuntungan etanol sudah dijelaskan dalam artikel tersebut, bila kita hitung, untuk menghasilkan 1 L etanol dibutuhkan 6,5 kilogram singkong gendruwo(Mendioca sao pedro petro), harganya Rp 600 per kilogram jadi produksi 1 L etanol = Rp 3.900, bandingkan dengan harga minyak tanah sekarang sudah Rp 8.000, kita mampu menghemat Rp 4.000.

Dengan kerja keras apapun dapat kita lakukan, apakah anda pernah melihat di statsiun TV swasta, disitu ditampilkan beberapa alternatif energi yang dihasilkan oleh anak bangsa, salah satunya adalah pembuatan etanol ini, saya lupa siapa namanya yang pasti beliau berdomisili di Sukabumi, awalnya beliau adalah pengusaha singkong, dan beliau sering mengekspor singkong ke luar negeri.
Suatu saat beliau mendapatkan order yang sangat banyak dari suatu negara, beliau berpikir kenapa ada orang yang mau pesan singkong sebanyak ini, setelah ditanyakan ternyata singkong ini akan dibuat biofuel, dengan kerja keras dan motivasi tinggi beliau akhirnya membuat pengolahan sendiri untuk membuat biofuel ini yang tidak lain adalah etanol.

Namun, etanol ini belum bisa langsung dapat kita pergunakan untuk kendaraan, etanol ini harus kita campur dengan bensin lagi, dengan perbandingan 1 : 9, 1 L etanol dicampur dengan 9 L bensin, dan hasilnya adalah biofuel yang setara dengan 10 L pertamax, hebat bukan, kita telah ketahui keunggulan pertamax untuk mesin kendaraan.
Selain setara dengan pertamax pencampuran ini mampu menghemat uang kita, untuk perhitungannya silahkan hitung sendiri.

Singkong atau tapioka merupakan bahan pangan yang banyak diproduksi di Indonesia. Indonesia termasuk sebagai negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga (13.300.000 ton) setelah Brazil (25.554.000 ton), Thailand (13.500.000 ton) serta disusul negara-negara seperti Nigeria (11.000.000 ton), India (6.500.000 ton) dari total produksi dunia sebesar 122.134.000 ton per tahun.
Dari data tersebut mungkin sedikit sekali alasan bahwa kita tidak mampu membuat alternatif energi lain, selain alat peroduksi yang baik untuk membuat etanol itu sendiri, ingat “Kerja Keras Adalah Energi Kita” 

Berikut adalah analisa finansial usaha produksi bioetanol yang saya dapatkan dari agrobisnis deptan, namun ada sebuah pertanyaan besar yang menunggu, yaitu bagaimana dengan ampas singkong yang telah digunakan, berikut saya dapatkan dari http://onlinebuku.com/

Selama ini orang hanya memanfaatkan daging singkong sebagai bahan pangan, namun limbahnya tidak diolah kembali. Bagi kebanyakan orang limbah tapioka hanyalah sampah dan polutan yang mencemari lingkungan. Limbah tapioka oleh para petani hanya digunakan sebagai pakan ternak atau dibuang begitu saja ke sungai atau parit-parit. Hal tersebut dapat membahayakan lingkungan karena dapat merubah kandungan oksigen di air menjadi berkurang.

Dengan inovasi teknologi yang diterapkan, limbah tapioka ini dapat diolah lebih lanjut dan dimanfaatkan sebagai bahan pangan produk nata yang berbahan dasar ampas singkong. Dimana Indonesia merupakan penghasil singkong terbesar ketiga di dunia (13.300.000 ton/tahun). Sehingga untuk ketersediaan bahan baku, nata dari ampas singkong ini tidak akan menjadi masalah. Seperti nata de coco, yang selama ini telah beredar di pasaran dan banyak digemari masyarakat, diharapkan produk nata dari ampas singkong ini dapat menjadi sumber alternative bahan pangan untuk masyarakat dengan penciptaan nilai tambah pada limbah tapioca yang sangat berlimpah daripada hanya dibuang begitu saja ke lingkungan atau hanya digunakan sebagai pakan ternak saja.

Nata merupakan produk fermentasi dari bakteri Acetobacter xylinum yang berupa lembaran selulosa dari pengubahan gula yang terdapat pada substrat (umumnya air kelapa tetapi dapat pula dari bahan lain) menjadi pelikel selulosa. Nata ini kandungan utamanya adalah air dan serat sehingga baik untuk diet dan sering digunakan dalam pembuatan dessert atau sebagai tambahan substansi pada koktail, es krim dan sebagainya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan nata di antaranya adalah bakteri, gula dan nitrogen, selain itu harus pula diperhatikan suhu dan pH serta jangan tergoyanng agar pembentukan pelikel berlangsung baik.
Berita selengkapnya






Ok, kita akan lanjutkan dengan artikel selanjutnya, mengenai apa?????, kita lihat saja nanti.

Posted by umy 0 comments






Selengkapnya Here

Posted by umy 15 December 2009 0 comments


Terdiri:
  • Matahari
  • objek-objek langit yg lebih kecil
    1. Planet
    2. Satelit
    3. Komet
    4. Asteroid
    5. Meteor
    6. Medium antar planet

    Distribusi massa sistim tata surya 
    Matahari    99,86
    Planet    0,135
    Satelit    0,00004
    Komet    0,003
    Planet Minor    0,0000003
    Meteorid    0,0000003
    Medium antar planet    <0,0000001

    Selengkapnya download here

Posted by umy 0 comments


1610, Galileo: Jalur putih yang kelihatannya seperti awan, ternyata terdiri dari ribuan bahkan jutaan bintang-bintang
1750, Thomas Wright: Bintang-bintang membentuk kelompok, bagaikan pulau perbintang di tengah-tengah lautan jagat raya
William Herschel: Bintang-bintang letaknya tidak merata. Kelompok-kelompok bintang berbentuk piringan pipih seperti cakram
1917, Harlow Shapley: Galaksi berbentuk cakram, di dalamnya terdapat sekitar 100 milyar bintang. Matahari salah satu diantaranya, ukurannya sedang saja, letaknya agak di pinggir.

Selengkapnya Download here or here

Posted by umy 0 comments

Subscribe here